World Class Library: The Concept of Building a New Library Design
Sumber: http://fortune.com/2017/11/17/china-library-photos-tianjin-binhai/
World class library merupakan perengkingan untuk perpustakaan di dunia (Priyanto, I. F. 2018). Dalam penilaian perengkingan world class library di nilai melalui banyak sekali aspek internal maupun eksternal. Aspek eksternal yang menjadi penilaian salah satunya dengan konsep pembangunan gedung dan manajemen desain yang disediakan perpustakaan. Fisik dari perpustakaan dapat menyumbangkan penilaian penting dari world class library, meskipun bukan satu-satunya dijadikan aspek penilaian world class library. Perpustakaan memiliki dua tantangan dalam penerapan pembangunan desain pada perpustakaan menuju world class library. Kenapa pembangunan gedung dan desain menjadi penting? Dan bagaimana kosep pembangunan desain pada world class library?
Ketika mendeskripsikan penggabungan dan membuat parameter desain arsitektur desain maka perlu memperhatikan perilaku pengguna. Dahulu pepustakaan kurang dianggap penting, akantetapi saat ini perilaku penggunatelah mengalami perubahan. Mereka memiliki persepsi modern terkait adanya perpustakaan. Fungsi perpustakaan telah berubah menjadi sebuah transformasi dari koleksi berpusat ke ruang klien lebih difokuskan, pergeseran fokus koleksi menjadi koneksi, eihat perpustakaan sebagai tempat, ruang dan konsep terbuka (ruang terbuka dan tempat umum), dimana hal tersebut mempengaruhi desain gedung perpustakaan (Dahlkid, 2011). Adanya perubahan fungsi perpustakaan tersebut menuntut berkembangnya fasilitas yang diharapkan oleh pengguna. Perpustakaan bukan hanya sebagai sarana membaca seperti dahulu lagi. Fasilitas-fasilitas kibat perilaku pengguna akan berpengaruh tehadap perubahan pemodelan desain gedung dengan management yang baik.
Pembangunan desain gedung dalam pelaksanaannya memerlukan prinsip-prinsip utama dari desain gedung perpustakaan. Menurut (Yi, 2016) bahwa prinsip-prinsip utama dari desain gedung perpustakaan adalah fleksibilitas, aksesbilitas, keselamatan dan keamanan, penerapan, kemampuan beradaptasi, efisiensi dan keberlanjutan. Dalam management perpustakaan dalam skala besar maupun kecil perlu memperhatikan prinsip—prinsip tersebut. Proses keberhasilan pembentukan perpustakaan menentukan efisiensi ke depan. Point penting yang menjadi penting dalam perpustakaan adalah dengan memberikan ruang dan menampung aktivas dari user. Dalam melakukan desain perpustakaan memperhatikan kebutuhan pengguna dengan menyediakan ruang tambahan meliputi studi kolaboratif, studi individu, desain tata ruang, ruang social, teknologi, tingkat kebisingandan bantuan zona, yang berdampak desain pada perpustakaan (Staines,2012)
Pencapaian library building design for world class library diperlukan keterlibatan banyak bidang dan diperlukan kerjasama berbagai pihak. Menurut (Aldrich, 2011) sebuah desain gedung perpustakaan sukses melibatkan sebagai berikut:
- Kepustakawanan
- Arsitektur
- Estetika
- Ergonomic
- Mata pelajaran interdisipiner lainnya
- Orang-orang kunci seperti pustakawan
- Otoritas pemerintahan
- Papan perpustakaan
- Desain professional
- Memangun konsultan
- Arsitek kontraktor
- Perencana ruang perpustakaan
- Interior desainer
- System computer staf di berbagai tahap
- Perusahaan bangunan
Pemodelan library building design dalam 4 dukungan model antara lain: pengalaman, keterlibatan, pemberdayaan dan inovasi (F Henrik Jochumsen, 2013). Dimana dalam pemodelan desain baru untuk perpustakaan dapat diadopsi dengan menggunakan pendekatan dan pertimbangan melaui model-model tersebut. Selain memperhatikan dukungan pendekatan model, perpustakaan juga diharuskan memberikan konsep ruangan modern dan inovatif. Menurut (F Henrik Jochumsen, 2013) pengembangan pemodelan bangunan desain perpustakaan perlu adanyaruangan inspirasi, ruang belajar, ruangan pertemuan dan ruangan performatif. Ruang inspirasi mewadahi seseorang yang ingin mengekspresikan diri. Ruang belajar mendasari keperluan user untuk mengembangkan ilmu dan pengetahuan dati anak-anak hingga dewasa. Ruang public terbuka untuk melakukan pertemuan dengan orang lain, kelompok maupun masyarakat. Sedangkan performatif merupakan ruang yang mewadahi kegiatan kreatif mulai dari game, tulisan, suara dan video maupun lokakarya.
Daftar Pustaka
Aldrich, R.S. (2011), “A whole systems approach: integrated building design”, Library Journal, Vol. 136 No. 15, pp. 30-33, available at: http://lj.libraryjournal.com/2011/09/buildings/awhole-systems-approach-integratedbuilding-design/ (accessed November 19, 2015).Dahlkid, N. (2011), “The emergence and challenge of the modern library building: ideal types, model libraries, and guidelines, from the enlightenment to the experience economy”, Library Trends, Vol. 60 No. 1, pp. 11-42.
Dahlkid, N. (2011), “The emergence and challenge of the modern library building: ideal types, model libraries, and guidelines, from the enlightenment to the experience economy”, Library Trends, Vol. 60 No. 1, pp. 11-42.
F Henrik Jochumsen, C. H. R. and D. S.-H. (2013). The four spaces – a new model for the public library. World Class Library, Vol. 113 N, 586–597.
Priyanto, I. F. (2018). World Class Library. Materi Manajemen Desain dan Perpustakaan
Staines, G.M. (2012), Universal Design: A Practical Guide to Creating and Recreating Interiors of Academic Libraries for Teaching, Learning and Research, Chandos Publishing, Cambridge.
Yi, Z. (2016). Knowledge management for library building design. Library Management, Vol. 37 No, 2–12.
dalam membangun perpustakaan, pelibatan pustakawan sangat diharapkan, tetapi pustakawan harus pula mengikuti perkembangan dan perubahan yang terjadi, terutama dalam hal learning style dan learning behavior para pemustakanya.
BalasHapus